Membangun Pendidikan Bermutu di Desa, Mewujudkan Keadilan Sosial

Berita | 26 Feb 2025
Membangun Pendidikan Bermutu di Desa, Mewujudkan Keadilan Sosial

Terbayang anak-anak kecil yang harus menempuh perjalanan jauh ke sekolah, melewati jalanan sempit dan hamparan sawah. Ruang kelas yang sudah lapuk, buku-buku yang lusuh, dan guru yang tidak selalu hadir masih menjadi tantangan nyata di banyak desa. Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu.  Namun, kesenjangan dengan kota masih begitu nyata (Tilaar, 2004). Fasilitas pendidikan di kota jauh lebih lengkap, sementara di desa, ruang kelas sering kali terbatas dan sarana belajar minim. Pemerintah memang sudah berusaha. Ada program BOS, ada Dana Desa. Namun, apakah semua itu cukup? Akses ke pendidikan memang lebih terbuka, tetapi bagaimana dengan mutunya? Laporan menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di pelosok sering kekurangan guru, dan siswa sering kehilangan arah dalam belajar (Kemendikbud, 2020). Kurikulum pun menjadi perhatian. Kurikulum di desa sering tidak nyambung dengan kehidupan mereka. Seandainya anak-anak petani bisa belajar tentang pertanian modern, atau anak-anak nelayan belajar tentang kelautan, pasti lebih menarik dan bermanfaat (Sukmadinata, 2021).  Sayangnya, hal ini belum banyak diterapkan. Pendidikan di desa masih terpaku pada pola yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan lokal. Teknologi bisa menjadi solusi, tetapi akses internet di desa masih sangat terbatas.  Padahal, di zaman sekarang, kemampuan digital itu penting. Jika desa tidak segera mengejar ketertinggalan ini, generasi muda desa akan semakin terpinggirkan. Di kota, anak-anak dengan mudah mengakses informasi melalui internet, sementara di desa, sinyal saja kadang sulit ditemukan.  Harapannya, anak-anak desa bisa memiliki akses yang sama dengan anak-anak di kota, sehingga mereka tidak tertinggal dalam berbagai hal. Di tengah semua ini, pesantren memiliki potensi besar. Beberapa pesantren telah mengajarkan kewirausahaan berbasis lokal, sebuah inisiatif yang sangat baik.  Harapannya, anak-anak desa bisa memiliki akses yang sama dengan anak-anak di kota, sehingga mereka tidak tertinggal dalam berbagai hal. Di tengah semua ini, pesantren memiliki potensi besar. Beberapa pesantren telah mengajarkan kewirausahaan berbasis lokal, sebuah inisiatif yang sangat baik.  Beberapa desa telah membangun perpustakaan sederhana yang menjadi pusat kegiatan belajar bagi anak-anak. Jika lebih banyak desa memiliki perpustakaan dan pusat belajar, kualitas pendidikan di desa akan meningkat pesat. Gotong royong adalah kekuatan desa yang harus dimanfaatkan. Jika orang tua, guru, dan pemerintah desa bersatu, pendidikan desa pasti bisa lebih baik. Bayangkan jika bersama-sama memperbaiki sekolah, menyediakan buku, atau membuat kegiatan belajar yang lebih menarik.  Gotong royong ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang semangat berbagi ilmu. Mereka yang sudah berhasil bisa kembali ke desa untuk mengajar atau berbagi pengalaman. Selain itu, peran guru sangat penting. Banyak guru yang sebenarnya ingin mengajar di desa, tetapi terkendala oleh fasilitas dan kesejahteraan.  Jika pemerintah bisa memberikan insentif lebih bagi guru-guru yang mau mengajar di desa, pendidikan desa bisa jauh lebih baik. Guru yang betah dan memiliki semangat tinggi tentu akan memberikan dampak besar bagi anak-anak di desa. Pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Pendidikan yang baik harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Orang tua perlu mendapatkan pemahaman tentang bagaimana mendukung anak-anak mereka. Pendidikan bukan hanya soal nilai, tetapi juga soal membangun karakter dan keterampilan. Pendidikan informal juga memiliki peran besar. Banyak desa memiliki kearifan lokal yang luar biasa. Jika kearifan ini bisa diajarkan secara terstruktur kepada anak-anak, hal ini akan menjadi nilai tambah yang luar biasa. Anak-anak bisa belajar tentang budaya, sejarah desa mereka, bahkan cara mempertahankan lingkungan dengan lebih baik. Jika pemerintah bisa memberikan insentif lebih bagi guru-guru yang mau mengajar di desa, pendidikan desa bisa jauh lebih baik. Guru yang betah dan memiliki semangat tinggi tentu akan memberikan dampak besar bagi anak-anak di desa. Pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Pendidikan yang baik harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Orang tua perlu mendapatkan pemahaman tentang bagaimana mendukung anak-anak mereka. Pendidikan bukan hanya soal nilai, tetapi juga soal membangun karakter dan keterampilan. Pendidikan informal juga memiliki peran besar. Banyak desa memiliki kearifan lokal yang luar biasa. Jika kearifan ini bisa diajarkan secara terstruktur kepada anak-anak, hal ini akan menjadi nilai tambah yang luar biasa. Anak-anak bisa belajar tentang budaya, sejarah desa mereka, bahkan cara mempertahankan lingkungan dengan lebih baik.